tag:blogger.com,1999:blog-39109244382501013252024-03-08T05:53:22.885-08:00PALANG PINTUAdu silat adalah salah satu adegan yang selalu muncul pada acara kesenian Palang Pintu pada saat Pernikahan. Pernikahan itu sendiri merupakan salah satu perjalanan manusia yang dianggap sakral bagi masyarakat Betawi. Saking sakralnya, maka ada beberapa prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya dan salah satunya adalah Palang Pintu.S K B " S E K I L A P "http://www.blogger.com/profile/04631210280914422162noreply@blogger.comBlogger5125tag:blogger.com,1999:blog-3910924438250101325.post-90153194033502348272010-06-18T15:51:00.000-07:002010-06-18T16:15:26.891-07:00NGERUDAT<p style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">NGERUDAT</span> adalah Acara pemberangkatan rombongan Calon Tuan Mantu ( penganten pria ) menuju Calon None Mantu ( pengantin wanita ) yang menjadi tempat pelaksanaaan upacara akad nikah ( ijab kabul) dan biasanya pelaksanaan akad nikah tersebut kebanyakan diadakan dikediaman calon pengantin wanita. Pada kesempatan ini Calon Tuan Mantu (pengantin pria ) mengenakan busana yang disebut Jas Kain Serebe . Acara ini diikuti oleh seluruh keluarga Calon Tuan Mantu ( pengantin pria ), tokoh masyarakat, alim ulama, dan undangan ( besan ) Acara ini dimulai di rumah kediaman Calon Tuan Mantu ( pengantin pria ) dengan acara:<br /></p><p style="text-align: justify;">(1) Pembukaan berupa pembacaan Ummul Qur'an surat Al-Fatihah</p><p style="text-align: justify;"> (2) Calon Tuan Mantu ( pengantin pria ) sembe /sembah dan cium tangan kepada kedua orang tuanya dengan maksud memintai restu dan ridhonya.<br /></p><p style="text-align: justify;">(3) Pembacaan do'a pelepasan<br /></p><p style="text-align: justify;">(4) Pembacaan Shalawat Duutsur</p><p style="text-align: justify;"> (5) Berangkat diarak dengan rebana ketimpring<br /></p><p style="text-align: justify;">Dan pada saat yang bersamaan dipasang petasan sebagai pertanda kepada warga sekitar bahwa rombongan akan berangkat menuju Calon None Mantu ( pengantin wanita ). Selain mengiring para kerabat juga membawa mahar yang telah dibicarakan pada acara tunangan (<em>bawe tande putus</em>) antara lain: sirih nenas lamaran, mahar, miniatur masjid, sepasang roti buaya, kekudang, kue penganten, pesalin, kue khas Betawi, buah segar, sie, idam-idaman.</p><div class="fullpost"></div>S K B " S E K I L A P "http://www.blogger.com/profile/04631210280914422162noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3910924438250101325.post-87639660679402831592010-06-18T12:15:00.000-07:002010-06-18T16:19:49.424-07:00Pernikahan Adat Betawi<div class="fullpost"></div>Setiap daerah memiliki adat istiadat dan budayanya sendiri. Begitu juga halnya orang betawi yang bermukim di Ibu Kota negara dan sekitarnya. selain memiliki dialek bahasa yang dikenal ke seluruh sepenjuru nusantara, prosesi adat pengantinnya pun khas dan sudah sangat melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Secara lengkap Pengantin kali ini menampilkan Tahapan dalam Rangkaian Upacara pernikahan adat betawi<br /><br /><span style="font-weight: bold;">1. Ngedelengin</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Untuk sampai ke<span style="text-decoration: underline;"><span style="font-weight: bold;"></span></span> jenjang pernikahan sepasang muda-mudi betawi (sekarang) biasanya melalui tingkat pacaran yang disebut<span style="font-style: italic;"> berukan</span>. Masa ini dapat diketahui oleh orangtua kedua belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak mengetahui anaknya sedang pacaran.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Sistem pernikahan pada masyarakat betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam, kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari jodoh, baik pemuda maupun pemudi betawi bebas memilih teman hidup mereka sendiri. Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa betawi terjadi dengan orang dari lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua belah pihak sangat penting, karena orangtualah yang akan membantu terlaksanakannya pernikahan tersebut.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat adalah dengan perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada kecocokan, orangtua pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan antara pria dan wanita pada <span style="font-weight: bold;"></span>budaya betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti <span style="font-style: italic;">Encing atau Encang</span> (Paman dan bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat betawi adalah <span style="font-style: italic;">ngedelengin</span>. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir. Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas dan p<span style="font-style: italic;">ekerjaan ngedelengin</span>.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><span style="font-weight: bold;">Ngedelengin</span> bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah keriaan atau pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi pemuda. Di sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi. Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang memberikan <span style="font-style: italic;">uang sembe</span> (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada kecocokan, sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi<span style="font-weight: bold;"> bawaan ngelamar</span>.<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">2. Nglamar</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Bagi <span style="font-weight: bold;">orang Betawi,</span> ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau penolakan atas maksud tersebut. Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk menikah, di antaranya mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. <span style="font-style: italic; font-weight: bold;">Yang harus dipersiapkan</span> dalam ngelamar ini adalah:<br /></div><blockquote><br />1. Sirih lamaran<br />2. Pisang raja<br />3. Roti tawar<br />4. Hadiah Pelengkap<br />5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.</blockquote><br /><br /><span style="font-weight: bold;">3. Bawa tande putus</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Tanda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam <span style="font-weight: bold;">adat betawi</span> memberikan bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaan <a href="http://pernikahanadat.blogspot.com/2010/01/pernikahan-adat-di-indonesia.html"><span style="font-weight: bold;">acara akad nikah</span></a>.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:<br /></div><br /><blockquote> 1. apa cingkrem (mahar) yang diminta<br />2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan<br />3. apa kekudang yang diminta<br /><div style="text-align: justify;"> 4. pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi<br /></div> 5. berapa lama pesta dilaksanakan<br />6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada acara resepsi<br />7. siapa dan berapa banyak undangan.</blockquote><br /><span style="font-weight: bold;">4. Akad Nikah</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Sebelum diadakan <span style="font-weight: bold;">akad nikah</span> secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian <span style="font-weight: bold;">pra-akad nikah</span> yang terdiri dari:<br /></div><br /><div style="text-align: justify;"><blockquote> 1. <span style="font-style: italic;">Masa dipiare</span>, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.<br />2. <span style="font-style: italic;">Acara mandiin</span> calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.<br />3. <span style="font-style: italic;">Acara tangas atau acara kum</span>. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih cantik dari biasanya.<br />4. <span style="font-style: italic;">Acara ngerik atau malem pacar</span>. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.<br /></blockquote></div><br /><div style="text-align: justify;">Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada <span style="font-weight: bold;">pelaksanaan akad nikah</span>. Pada saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka. Barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:<br /></div><br /><blockquote>1. sirih nanas lamaran<br />2. sirih nanas hiasan<br />3. mas kawin<br />4. miniatur masjid yang berisi uang belanja<br />5. sepasang roti buaya<br />6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin<br />7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga<br />8. hadiah pelengkap<br />9. kue penganten<br />10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa</blockquote><br /><div style="text-align: justify;">Pada prosesi ini <span style="font-weight: bold;">mempelai pria betawi</span> tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Pada saat akad nikah, <span style="font-weight: bold;">mempelai wanita Betawi </span>memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat menikah.<br /><br />Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menjadi tanda haraan agar <span style="font-weight: bold;">rumah tangga selalu rukun dan damai</span>.<br /><br />Setelah upacara pemberian <span style="font-weight: bold;">seserahan dan akad nikah</span>, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran. Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">5. Acare Negor</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah <span style="font-weight: bold;">None Penganten</span>. Meskipun nginep, <span style="font-weight: bold;">Tuan Penganten</span> tidak diperbolehkan untuk kumpul sebagaimana layaknya suami-istri. None penganten harus mampu memperthankan kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.<br /></div><br /><div style="text-align: justify;">Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak meja atau di bawah tatakan gelas.<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">6. Pulang Tige Ari</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.<br /></div><br /><span style="font-weight: bold;">Adat Menetap setelah Menikah</span><br /><br /><div style="text-align: justify;">Dalam masyarakat dan <span style="font-weight: bold;">kebudayaan Betawi</span>, adat tidak menentukan di lingkungan mana pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana mereka akan menetap. Walaupun pada <span style="font-weight: bold;">masyarakat dan kebudayaan Betawi</span> berlaku pola menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yang matrilokal atau unorilokal dewasa ini.</div>S K B " S E K I L A P "http://www.blogger.com/profile/04631210280914422162noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3910924438250101325.post-18401768940400046142008-05-13T13:58:00.000-07:002010-06-18T14:57:42.158-07:00KENAPA KESENIAN BETAWI TERSISIH<div style="text-align: justify;">Jika tidak menghendaki produk kesenian etnis Betawi lenyap ditelan arus perubahan zaman yang sudah mengglobal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sepatutnya memikirkan alokasi dana secara khusus untuk pengembangan dan promosi produk kesenian bercita rasa Betawi.<br /><br />Setahun terakhir ini kami hanya mendapat bantuan dana Rp 300 juta sampai Rp 400 juta. Dana sebesar itu tidak hanya untuk membiayai program kegiatan Lembaga Kebudayaan Betawi, tetapi juga gaji karyawan, kata Ketua Bidang Budaya Lembaga Kebudayaan Betawi H Yoyok Moechtar kepada Kompas, Rabu (19/10) di Jakarta.<br /><br />Dia mengatakan, tidak adanya alokasi dana secara khusus untuk pengembangan dan promosi produk kesenian etnis Betawi setidaknya berpengaruh terhadap eksistensi kesenian khas Betawi di tengah-tengah percaturan produk kesenian global di Jakarta ini. ”Padahal, dana pengembangan dan promosi itu sangat diperlukan untuk eksistensi kesenian etnis Betawi,” ujarnya.<br /><br /><br /><span class="fullpost">Beragam produk</span><br /><br /><span class="fullpost">Perjalanan sejarah produk kesenian etnis Betawi sekarang dan mendatang amat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya, termasuk para pelaku kesenian. Namun, yang jelas, orang Betawi boleh bangga karena bahasa Melayu dialek Betawi telah menjadi bagian dari pergaulan warga kota Jakarta.</span><br /><br /><span class="fullpost">Dari dialek Betawi itulah ciri-ciri kebetawian bisa dengan gampang dikenali, walaupun mereka yang mempergunakan bahasa Melayu dialek Betawi itu bukan orang Betawi asli ataupun Betawi keturunan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Jika bahasa Melayu dialek Betawi mampu menjadi bagian dari pergaulan warga Ibu Kota, sebaliknya dengan produk keseniannya, yang belum sepenuhnya mampu menjadi bagian dari pergaulan global Jakarta yang metropolis dengan beraneka corak jenis produk hiburannya.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Produk budaya etnis Betawi yang sampai sekarang ini masih sangat terasa adalah dialek Betawi dan telah menjadi bahasa pergaulan sehari-hari warga Jakarta,” kata Ketua Bidang Pertunjukan dan Pelatihan Lembaga Kebudayaan Betawi Nendra Wagino Dahrin kepada Kompas.</span><br /><br /><span class="fullpost">Produk kesenian etnis Betawi boleh dibilang beragam, dari tari, musik, hingga seni pertunjukan teater rakyat. Dari ondel-ondel, lenong, hingga tanjidor.</span><br /><br /><span class="fullpost">Seperti halnya produk kesenian tradisional lain, kesenian tradisional khas Betawi pun ”nyaris” ditinggalkan pendukungnya. Itu tersirat tatkala kesenian tradisional khas Betawi hanya hadir ataupun ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu, terutama pada perayaan-perayaan atau festival kesenian.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Masalahnya, satu jenis kesenian tradisional jadi hidup karena dihidupkan atau ada masyarakat pendukungnya,” ujar Ketua Harian Badan Musyawarah Masyarakat Betawi Amarullah Asbah.</span><br /><br /><span class="fullpost">Jakarta bukan punya orang Betawi, tapi milik Indonesia. Hal itu berarti, segala produk dan bentuk serta jenis kesenian pun punya tempat di tengah-tengah beragam etnis yang tinggal, bermukim, dan hidup di Jakarta.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Produk kesenian Betawi sendiri terbagi dua wilayah, yakni Betawi Tengah dan Betawi Pinggiran. Produk kesenian komunitas Betawi Tengah di antaranya adalah samrah, sedangkan produk kesenian Betawi Pinggiran adalah tanjidor,” ujarnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Realitas itu jelas, kata dia, bahwa selera masyarakat atau komunitas Betawi sendiri berbeda. Artinya, rasa memiliki produk kesenian Betawi berbeda antarsesama Betawi. ”Rasa memiliki sangat relatif. Contohnya ondel-ondel, ada orang Betawi yang tidak suka,” katanya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Gaung perubahan yang berembus berbarengan dengan reformasi yang menumbangkan rezim Soeharto berimbas pada kesadaran komunitas Betawi untuk menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari anak negeri ini. Munculnya organisasi/komunitas dengan label Betawi, sebut misalnya Forum Komunikasi Anak Betawi, sekurangnya mencerminkan sebuah hasrat dari etnis Betawi untuk menunjukkan eksistensinya sebagai komunitas yang punya hak berekspresi di dalam pergaulan global Jakarta, termasuk dalam ruang-ruang ekspresi berkesenian.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Bagaimana membawa citra kebetawian karena dalam sejarahnya etnis Betawi bersaudara dengan etnis yang lain. Itulah yang terpenting dalam pergaulan dengan etnis lain,” tuturnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Amat disadari, bagaimanapun Jakarta adalah ibu kota negeri dan pusat segala aktivitas anak manusia dari beragam etnis dan bangsa. Hal itu berarti produk kebudayaan termasuk di dalamnya adalah kesenian tidak terbatas pada produk kesenian komunitas Betawi, melainkan pula produk kesenian global dan kapitalis yang menawarkan gaya hidup glamour, sebut misalnya sinetron yang menawarkan kemewahan dan menjual mimpi-mimpi.</span><br /><br /><span class="fullpost">Penetrasi kebudayaan massa dan industrialisasi musik pop, misalnya, serta akulturasi kebudayaan di tengah-tengah kehidupan modern Jakarta tidak terelakkan oleh komunitas Betawi. Perkawinan lintas etnis pun menjadi bagian dari pergulatan komunitas Betawi sehingga terjadi percampuran kebudayaan. Dan, konflik pun terkadang muncul. Orang Betawi, anaknya nikah dengan anak orang Jawa. Adat-istiadat perkawinan pun bisa Jawa dan bisa Betawi, atau campuran keduanya.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Harus kompromi jika produk kebudayaan dan kesenian etnis Betawi tetap eksis,” tutur budayawan Betawi, Ridwan Saidi.</span><br /><br /><span class="fullpost">Lenong Rumpi yang pernah menghiasi layar televisi dan sinetron Si Doel Anak Betawi boleh dikata adalah bagian dari kompromi-kompromi kesenian tradisional dengan produk global-kapitalis. Meski demikian, hal itu belum mampu menjadikan produk kesenian Betawi bagian dari pergaulan berkesenian di Jakarta. Padahal, jauh sebelum Orde Lama (Orla)-Orde Baru (Orba), salah satu produk kesenian Betawi berupa musik Melayu Jakarta menjadi bagian dari cita rasa musikal yang sejajar dengan produk musik Melayu Deli maupun Melayu Semenanjung.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Orang Betawi sendiri lebih suka menyebut Melayu Jakarta daripada Melayu Betawi karena lebih modern dan tidak kampungan. Dan, sampai hari ini lagu Seroja ciptaan orang Betawi, Husein Bawafi, dan lagu Halimun Malam ciptaan Abdul Cholik masih sering diperdengarkan di Malaysia,” katanya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Seroja, kata Ridwan, berarti teratai hutan. Ritme dan cengkoknya tidak Melayu Deli dan bukan pula Melayu Semenanjung ataupun India, melainkan lebih ada kemiripan dengan zapin. ”Lebih punya akar Kalimantan, sebut misalnya lagu Ampar-ampar Pisang dan Amas Panghira,” ujarnya menjelaskan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Masa lampau musik/lagu Melayu Jakarta yang menjadi bagian dari pergaulan berkesenian kini bagaikan lenyap ditelan waktu. Kedahsyatan Melayu Jakarta dalam dunia musik di Tanah Air masa itu tidak terlepas dari seniman/pencipta lagu Husein Bawafy, Abdul Choliq, hingga Mashabi.</span><br /><br /><span class="fullpost">”Dalam pergaulan berkesenian, sejak tahun 1930-an Jakarta sudah diperhitungkan. Buktinya, Pangeran Johor pun menciptakan lagu berjudul Jakarta Gembira,” tutur Ridwan.</span><br /><br /><span class="fullpost">Dia lalu mengutip bait-bait lagu berirama melayu Jakarta ciptakan sang pangeran asal negeri jiran, Malaysia, itu: Kalau tuan tamasya ke tanah Jawa// Jangan lupa mampir dulu di Jakarta// Jakarta kota ramai yang istimewa// terkenal sejak dulu kala.</span><br /><br /><span class="fullpost">Era tahun 1970-an, kata Ridwan, genre Melayu Jakarta yang pernah mencapai masa kejayaan dalam pergaulan musik Melayu lenyap dan punah. ”Perubahan besar dari Orba ke Orla tidak terelakkan dan ekonomi susah, musik (Melayu Jakarta) tidak tumbuh,” tuturnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Jika seni samrah dan tanjidor nyaris punah, sebaliknya dengan gambang keromong dan tari topeng Betawi, yang sampai sekarang tetap eksis. ”Tari topeng Betawi peminatnya besar, tapi teater rakyat lenong dan tonil parah dan berat untuk bisa eksis. Peminatnya ada, tapi tidak sehebat seni tari topeng dan gambang keromong. Tari cokek yang menjadi tari pergaulan pun masih kuat dan eksis,” tuturnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Sang penulis buku Babat Tanah Betawi, Ridwan Saidi menyatakan, secara umum kesenian Betawi masih berbicara dalam konteks kesenian nusantara walaupun pada kegiatan-kegiatan tertentu, seperti perayaan hari ulang tahun Jakarta. ”Tidak seperti di Eropa, sponsorship mau mendanai seni-seni etnik. Di negara kita, sponsorship lebih pada untung-rugi,” ujarnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Sebagai salah seorang tokoh komunitas Betawi, dia menyatakan, gejala baru dalam ruang-ruang berkebudayaan dan berkesenian yang amat diharapkan dalam Kongres Kebudayaan dan Kongres Kesenian justru gagal. ”Kita mengharapkan muncul gagasan baru dalam content lokal, tapi nyatanya kedua kongres tersebut gagal semua dan tidak punya arti apa-apa terhadap berkesenian,” ujarnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Satu hal yang sudah dia kerjakan bersama KRMT Daud, seniman pembatik asal Yogyakarta, adalah seni batik dengan tema mitologi Betawi. Hal itu berarti sebuah karya seni etnis telah lahir dalam pergaulan berkebudayaan dan berkesenian di kota megapolitan Jakarta.</span><br /><br /><span class="fullpost">Lalu, persoalan lain yang masih tersisa, benarkah produk kesenian Betawi terpinggirkan alias tersisih di tengah-tengah pergaulan berkesenian yang cenderung mengedepankan selera pasar?</span><br /><br /><span class="fullpost">”Betawi tersisih, bisa ya, bisa tidak. Betawi punah, bisa ya, bisa tidak,” kata Amarullah Asbah.</span><br /><br /><span class="fullpost">Hal itu berarti, seberapa besar komunitas Betawi sendiri merasa memiliki dan mengaktualisasikannya seiring dengan arus anak zaman.</span><br /><span class="fullpost"> </span></div>S K B " S E K I L A P "http://www.blogger.com/profile/04631210280914422162noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3910924438250101325.post-50233949739155966262008-05-10T15:02:00.001-07:002010-06-18T14:58:00.971-07:00ACARA PALANG PINTU<div style="text-align: justify;">upacara perkawinan adat Betawi. Hal itu sengaja dilakukan untuk memperkenalkan dan mempertahankan tradisi budaya Betawi. Pihak keluarga perempuan telah mempersiapkan diri sebelum keluarga calon pengantin pria meminangnya. Biasanya pihak pria yang membawa sejumlah makanan untuk ungkapan sukacita disambut dengan gembira oleh keluarga calon istrinya. Lewat proses lamaran inilah ditentukan pelaksanaan pesta pernikahan. Pada umumnya, pesta pernikahan dilakukan di rumah mempelai wanita. Upacara pernikahan diawali dengan arak-arakkan calon pengantin pria menuju ke rumah calon istrinya. Dalam arak-arakan itu, selain rombongan mempelai pria ada juga iring-iringan musik, biasanya iringan musik tersebut ada yang memakai rebana ketimpring, tanjidor atau ada juga marawis, yang mana rombongan mempelai pria terdiri dari barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian. Selain itu, perlengkapan kamar pengantin yang beratpun ikut menyertai seperti tempat tidur serta lemari juga dibawa dalam prosesi arak-arakkan tersebut. Di dalam rombongan mempelai pria, tidak ketinggalan kedua orang tua calon pengantin pria turut serta. Selain itu ada juru bicara, qori atau pembaca Alquran, dan seorang ustad atau guru agama. Akhirnya rombongan tiba di rumah calon pengantin perempuan. Namun, tidak semudah itu calon pengantin pria dapat menemui pasangannya. Para jagoan calon pengantin pria harus melawan jagoan wanita dan harus mengalahkannya. Para penjaga pintu mempelai wanita kemudian membuka percakapan dengan sejumlah pantun<br /><span class="fullpost">Selanjutnya, perwakilan mempelai pria membalas pantun tersebut. Setelah itu, seorang wakil pengantin perempuan menantang adu silat salah satu orang dari pihak lelaki. Prosesi tersebut menyimbolkan upaya keras mempelai laki-laki untuk menikah dengan sang pujaan hati. Uniknya, setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria karena bila jagoan pengantin atau mempelai pria kalah maka tidak dapat masuk dan menikahi calon istrinya ( mempelai wanita ).selanjutnya adu pantunpun kembali terdengar dengan persyaratan yang kedua yaitu melantunkan lagam atau alunan seperti orang mengaji dan biasanya alunan suara mengaji itu berupa lagam siqeh ( yalil ),maksud dan tujuan dari syarat yang kedua tersebut adalah menunjukkan kepada calon mertua dari pihak wanita bahwa calon manantu pria ( mempelai pria ) dapat membimbing dan mengarahkan istrinya lewat ajaran agama islam. Dalam tradisi masyarakat Betawi, upacara ini disebut buka palang pintu. Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Kemudian dilanjutkan dengan penjemputan pengantin wanita. Pengantin pria memberikan seserahan dan sirih dare yang di dalamnya berisi uang, gambir, pala, kapur, serta pinang dan membuka cadar pengantin wanita. Barang-barang tersebut melambangkan pahit, getir, dan manisnya kehidupan berumah tangga. Dengan kata lain, suami istri harus bisa menerima suka dan duka dari sebuah perkawinan. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan. Berdasar silsilah zaman dahulu, pada dasarnya Betawi didominasi dua budaya tersebut, selain tentunya Portugis dan etnis lainnya seperti Sunda.</span><br /><br /></div><span class="fullpost"> </span>S K B " S E K I L A P "http://www.blogger.com/profile/04631210280914422162noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3910924438250101325.post-57145253088159706632008-05-10T14:51:00.000-07:002010-06-18T15:08:40.648-07:00Perkawinan Adat Betawi<div style="text-align: justify;">Perkawinan Adat Betawi<br /><br />Cinta yang telah terjalin bukan karena keindahan yang tampak dimata, tetapi karena yang menyatukan hati dan jiwa<br />Dari sepasang insan yang ingin hidup bersama<br />Menuju gerbang pernikahan 'tuk memelihara kehormatan<br />Mengharap ridho dan berkah dari yang kuasa<br /><br />Untaian kalimat indah di atas terdapat dalam salah satu dari selusin kartu undangan yang saya terima mulai dari hari pertama Lebaran (1 Syawal 1428 H) sampai dengan hari Minggu kemarin. Bulan Syawal bagi masyarakat Betawi memang dianggap sebagai bulan yang baik untuk menyelenggarakan pesta perkawinan. Saya jadi teringat sepenggal syair dari salah satu lagu H. Benyawin S. "Ee... hujan gerimis aje, ikan bawal diasinin. Ee...jangan menangis aje, bulan Syawal mau dikawinin".<br /><br /><span class="fullpost">Dalam upacara adat perkawinan Betawi ada banyak tahapan yang harus dilalui, dan tiap-tiap tahapan berkaitan erat satu sama lain. Tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah: melamar, masa pertunangan, menentukan hari perkawinan, mengantar peralatan, menyerahkan uang sembah, seserahan, nikah, ngarak penganten, main nganten-ngantenan, main marah-marahan, menyerahkan uang penegor dan pesta penutup.</span><br /><br /><span class="fullpost">Saat ini upacara adat perkawinan Betawi jarang dilaksanakan secara lengkap, pada umumnya hanya beberapa tahapan saja yang dilaksanakan. Tahapan yang jarang dilaksakan pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main marah-marahan, dan menyerahkan uang penegor.</span><br /><br /><span class="fullpost">1. Melamar</span><br /><span class="fullpost">Sebelum melamar calon isteri, seorang pemuda Betawi biasanya sudah melewati suatu proses yang dikenal dengan istilah stilah ngedelengin; yaitu upaya mencari atau menemukan kesamaan missi dan visi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan dalam rangka membina rumah tangga. Selengkapnya baca disini...</span><br /><br /><span class="fullpost">Melamar atau ngelamar dalam istilah Betawi adalah tingkatan yang paling awal dari rangkaian upacara. Setalah seorang pemuda menetukan calon istrinya, pihak keluarga pemuda mendatangi keluarga si gadis. Ada pun yang dikirim sebagai utusan biasanya keluarga dekat sebanyak dua sampai tiga orang. Jarang sekali orang tua pemuda melamar sendiri.</span><br /><br /><span class="fullpost">Bawaan yang dibawa pada waktu melamar adalah pisang sebanyak dua tiga sisir, roti tawar empat buah, dan dua tiga macam buah. Semua bawaan ditempatkan di piring besar atau nampan. Bawaan biasanya tampak terbuka yang merupakan tanda melamar supaya orang dapat mengetahui bahwa saat itu ada upara melamar pengantin.</span><br /><br /><span class="fullpost">2. Masa pertunangan</span><br /><span class="fullpost">Setelah lamaran diterima pihak si gadis, pertunangan menjadi tahap berikutnya. Tahapan ini ditandai dengan diadakannya acara mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak pemuda ke rumah pihak sigadis.</span><br /><br /><span class="fullpost">Dalam masa pertunangan bukan berarti si gadis dan si penuda bebas bertemu. Di antara mereka masih terdapat batas-batas hubungan yang berdasarkan pada ajaran agama dan sopan santun. Mereka tidak boleh bepergian tanpa ada yang ikut menyertai dari pihak keluarga di gadis.</span><br /><br /><span class="fullpost">3. Menentukan hari perkawinan</span><br /><span class="fullpost">Untuk menentukan hari perkawinan dicari hari dan bulan yang baik serta saat-saat dimana segenap keluarga ada dalam keadaan selamat, sehat wal afiat. Pihak laki-laki mengirim utusan ke rumah keluarga si gadis dengan membawa buah tangan berupa buah-buahan dan kue kue sekedarnya.</span><br /><br /><span class="fullpost">Dalam pembicaraan, selain menentukan hari pernikahan juga diutarakan apa yang diminta keluarga si gadis sebagai persyaratan. Seperti jumlah mas kawin, peralatan yang dibawa, dan jumlah uang belanja.</span><br /><br /><span class="fullpost">Setelah hari perkawinan ditentukan, beberapa hari sebelumnya pihak pemuda mengantar peralatan yang telah ditentukan. ....</span> untuk lebih lengkapnya coba baca tentang <a href="http://palang-pintu.blogspot.com/2010/06/pernikahan.html">pernikahan</a><br /><br /></div><span class="fullpost"> </span>S K B " S E K I L A P "http://www.blogger.com/profile/04631210280914422162noreply@blogger.com1