KATA PENGANTAR




Assalamu A'laikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Ahlan wa Sahlan!



SELAMAT DATANG KAMI UCAPKAN KEPADA ANDA YANG MEMBACA BLOG INI...

Puji Syukur Hanya Untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih Tidak Pernah Pilih Kasih Dan Maha Penyayang Kepada Semua Makhluknya Yang Ingin Mendapatkan Rasa Sayang Yang Haqiki Darinya. Sholawat dan Salam Semoga Tercurah Kepada Junjungan Kita Nabi Besar Muhammad SAW, Beserta Keluarganya Tercinta Dan Kepada Semua Sohabatnya Juga Kepada Umatnya, Yang Setia Hingga Akhir Zaman.

Al-Hamdulillah Kami Dari
SANGGAR KESENIAN BETAWI "SEKILAP"
Mencoba Menghadirkan Sebuah Blog Yang Barangkali Dapat Sedikit Menambah Corak dan Warna Baru Untuk Anda, Mengenai Tradisi Masyarakat Betawi Khususnya. Semoga Blog Yang Sederhana Ini Dapat Menambah Informasi Yang Anda Cari...

Kami Sadar Bahwa Dalam Blog Ini Masih Jauh Dari Sempurna Dan Terdapat Banyak Kekurangan, Kami Mohon Maaf Dan Kamipun Sangat Mengharapkan KRITIK DAN SARAN Yang Membangun Agar Blog Ini Jauh Lebih Sempurna Dari Yang Saudara Lihat Sekarang. SILAHKAN KIRIMKAN KRITIK DAN SARAN ANDA KE ALAMAT E-MAIL KAMI : skb_sekilap@yahoo.com

NAMA PERKUMPULAN KAMI

Foto saya
SKB" SEKILAP " adalah kepanjangan dari Sanggar Kesenian Betawi sekilap. Dan Sekilap adalah nama yang telah diberikan oleh Guru besar Kami al-marhum Haji Sa'abun yang merupakan tokoh masyarakat dan guru pencak silat. Nama sekilap tersebut hingga kini digunakan untuk memperkenalkan ciri khas dari organisasi atau perkumpulan kami. semoga kebudayaan betawi tetep berkembang hingga akhir Zaman.

MAU PAKAI ACARA PALANG PINTU ?

BAGI ANDA YANG MENGINGINKAN PERKAWINAN ATAU PERNIKAHAN DENGAN MENGGUNAKAN ADAT BETAWIE SEPERTI ACARA PALANG PINTU....
KAMI SIAP MEMBANTU...KIRIM KE E-MAIL KAMI DI skb_sekilap@yahoo.com ATAU HUBUNGI KAMI DI :
085781141486 atau 021-94275933 ( MAJID )



Selasa, 13 Mei 2008

KENAPA KESENIAN BETAWI TERSISIH

Jika tidak menghendaki produk kesenian etnis Betawi lenyap ditelan arus perubahan zaman yang sudah mengglobal, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sepatutnya memikirkan alokasi dana secara khusus untuk pengembangan dan promosi produk kesenian bercita rasa Betawi.

Setahun terakhir ini kami hanya mendapat bantuan dana Rp 300 juta sampai Rp 400 juta. Dana sebesar itu tidak hanya untuk membiayai program kegiatan Lembaga Kebudayaan Betawi, tetapi juga gaji karyawan, kata Ketua Bidang Budaya Lembaga Kebudayaan Betawi H Yoyok Moechtar kepada Kompas, Rabu (19/10) di Jakarta.

Dia mengatakan, tidak adanya alokasi dana secara khusus untuk pengembangan dan promosi produk kesenian etnis Betawi setidaknya berpengaruh terhadap eksistensi kesenian khas Betawi di tengah-tengah percaturan produk kesenian global di Jakarta ini. ”Padahal, dana pengembangan dan promosi itu sangat diperlukan untuk eksistensi kesenian etnis Betawi,” ujarnya.


Beragam produk

Perjalanan sejarah produk kesenian etnis Betawi sekarang dan mendatang amat ditentukan oleh masyarakat pendukungnya, termasuk para pelaku kesenian. Namun, yang jelas, orang Betawi boleh bangga karena bahasa Melayu dialek Betawi telah menjadi bagian dari pergaulan warga kota Jakarta.

Dari dialek Betawi itulah ciri-ciri kebetawian bisa dengan gampang dikenali, walaupun mereka yang mempergunakan bahasa Melayu dialek Betawi itu bukan orang Betawi asli ataupun Betawi keturunan.

Jika bahasa Melayu dialek Betawi mampu menjadi bagian dari pergaulan warga Ibu Kota, sebaliknya dengan produk keseniannya, yang belum sepenuhnya mampu menjadi bagian dari pergaulan global Jakarta yang metropolis dengan beraneka corak jenis produk hiburannya.

”Produk budaya etnis Betawi yang sampai sekarang ini masih sangat terasa adalah dialek Betawi dan telah menjadi bahasa pergaulan sehari-hari warga Jakarta,” kata Ketua Bidang Pertunjukan dan Pelatihan Lembaga Kebudayaan Betawi Nendra Wagino Dahrin kepada Kompas.

Produk kesenian etnis Betawi boleh dibilang beragam, dari tari, musik, hingga seni pertunjukan teater rakyat. Dari ondel-ondel, lenong, hingga tanjidor.

Seperti halnya produk kesenian tradisional lain, kesenian tradisional khas Betawi pun ”nyaris” ditinggalkan pendukungnya. Itu tersirat tatkala kesenian tradisional khas Betawi hanya hadir ataupun ditampilkan dalam kegiatan-kegiatan tertentu, terutama pada perayaan-perayaan atau festival kesenian.

”Masalahnya, satu jenis kesenian tradisional jadi hidup karena dihidupkan atau ada masyarakat pendukungnya,” ujar Ketua Harian Badan Musyawarah Masyarakat Betawi Amarullah Asbah.

Jakarta bukan punya orang Betawi, tapi milik Indonesia. Hal itu berarti, segala produk dan bentuk serta jenis kesenian pun punya tempat di tengah-tengah beragam etnis yang tinggal, bermukim, dan hidup di Jakarta.

”Produk kesenian Betawi sendiri terbagi dua wilayah, yakni Betawi Tengah dan Betawi Pinggiran. Produk kesenian komunitas Betawi Tengah di antaranya adalah samrah, sedangkan produk kesenian Betawi Pinggiran adalah tanjidor,” ujarnya.

Realitas itu jelas, kata dia, bahwa selera masyarakat atau komunitas Betawi sendiri berbeda. Artinya, rasa memiliki produk kesenian Betawi berbeda antarsesama Betawi. ”Rasa memiliki sangat relatif. Contohnya ondel-ondel, ada orang Betawi yang tidak suka,” katanya.

Gaung perubahan yang berembus berbarengan dengan reformasi yang menumbangkan rezim Soeharto berimbas pada kesadaran komunitas Betawi untuk menunjukkan eksistensinya sebagai bagian dari anak negeri ini. Munculnya organisasi/komunitas dengan label Betawi, sebut misalnya Forum Komunikasi Anak Betawi, sekurangnya mencerminkan sebuah hasrat dari etnis Betawi untuk menunjukkan eksistensinya sebagai komunitas yang punya hak berekspresi di dalam pergaulan global Jakarta, termasuk dalam ruang-ruang ekspresi berkesenian.

”Bagaimana membawa citra kebetawian karena dalam sejarahnya etnis Betawi bersaudara dengan etnis yang lain. Itulah yang terpenting dalam pergaulan dengan etnis lain,” tuturnya.

Amat disadari, bagaimanapun Jakarta adalah ibu kota negeri dan pusat segala aktivitas anak manusia dari beragam etnis dan bangsa. Hal itu berarti produk kebudayaan termasuk di dalamnya adalah kesenian tidak terbatas pada produk kesenian komunitas Betawi, melainkan pula produk kesenian global dan kapitalis yang menawarkan gaya hidup glamour, sebut misalnya sinetron yang menawarkan kemewahan dan menjual mimpi-mimpi.

Penetrasi kebudayaan massa dan industrialisasi musik pop, misalnya, serta akulturasi kebudayaan di tengah-tengah kehidupan modern Jakarta tidak terelakkan oleh komunitas Betawi. Perkawinan lintas etnis pun menjadi bagian dari pergulatan komunitas Betawi sehingga terjadi percampuran kebudayaan. Dan, konflik pun terkadang muncul. Orang Betawi, anaknya nikah dengan anak orang Jawa. Adat-istiadat perkawinan pun bisa Jawa dan bisa Betawi, atau campuran keduanya.

”Harus kompromi jika produk kebudayaan dan kesenian etnis Betawi tetap eksis,” tutur budayawan Betawi, Ridwan Saidi.

Lenong Rumpi yang pernah menghiasi layar televisi dan sinetron Si Doel Anak Betawi boleh dikata adalah bagian dari kompromi-kompromi kesenian tradisional dengan produk global-kapitalis. Meski demikian, hal itu belum mampu menjadikan produk kesenian Betawi bagian dari pergaulan berkesenian di Jakarta. Padahal, jauh sebelum Orde Lama (Orla)-Orde Baru (Orba), salah satu produk kesenian Betawi berupa musik Melayu Jakarta menjadi bagian dari cita rasa musikal yang sejajar dengan produk musik Melayu Deli maupun Melayu Semenanjung.

”Orang Betawi sendiri lebih suka menyebut Melayu Jakarta daripada Melayu Betawi karena lebih modern dan tidak kampungan. Dan, sampai hari ini lagu Seroja ciptaan orang Betawi, Husein Bawafi, dan lagu Halimun Malam ciptaan Abdul Cholik masih sering diperdengarkan di Malaysia,” katanya.

Seroja, kata Ridwan, berarti teratai hutan. Ritme dan cengkoknya tidak Melayu Deli dan bukan pula Melayu Semenanjung ataupun India, melainkan lebih ada kemiripan dengan zapin. ”Lebih punya akar Kalimantan, sebut misalnya lagu Ampar-ampar Pisang dan Amas Panghira,” ujarnya menjelaskan.

Masa lampau musik/lagu Melayu Jakarta yang menjadi bagian dari pergaulan berkesenian kini bagaikan lenyap ditelan waktu. Kedahsyatan Melayu Jakarta dalam dunia musik di Tanah Air masa itu tidak terlepas dari seniman/pencipta lagu Husein Bawafy, Abdul Choliq, hingga Mashabi.

”Dalam pergaulan berkesenian, sejak tahun 1930-an Jakarta sudah diperhitungkan. Buktinya, Pangeran Johor pun menciptakan lagu berjudul Jakarta Gembira,” tutur Ridwan.

Dia lalu mengutip bait-bait lagu berirama melayu Jakarta ciptakan sang pangeran asal negeri jiran, Malaysia, itu: Kalau tuan tamasya ke tanah Jawa// Jangan lupa mampir dulu di Jakarta// Jakarta kota ramai yang istimewa// terkenal sejak dulu kala.

Era tahun 1970-an, kata Ridwan, genre Melayu Jakarta yang pernah mencapai masa kejayaan dalam pergaulan musik Melayu lenyap dan punah. ”Perubahan besar dari Orba ke Orla tidak terelakkan dan ekonomi susah, musik (Melayu Jakarta) tidak tumbuh,” tuturnya.

Jika seni samrah dan tanjidor nyaris punah, sebaliknya dengan gambang keromong dan tari topeng Betawi, yang sampai sekarang tetap eksis. ”Tari topeng Betawi peminatnya besar, tapi teater rakyat lenong dan tonil parah dan berat untuk bisa eksis. Peminatnya ada, tapi tidak sehebat seni tari topeng dan gambang keromong. Tari cokek yang menjadi tari pergaulan pun masih kuat dan eksis,” tuturnya.

Sang penulis buku Babat Tanah Betawi, Ridwan Saidi menyatakan, secara umum kesenian Betawi masih berbicara dalam konteks kesenian nusantara walaupun pada kegiatan-kegiatan tertentu, seperti perayaan hari ulang tahun Jakarta. ”Tidak seperti di Eropa, sponsorship mau mendanai seni-seni etnik. Di negara kita, sponsorship lebih pada untung-rugi,” ujarnya.

Sebagai salah seorang tokoh komunitas Betawi, dia menyatakan, gejala baru dalam ruang-ruang berkebudayaan dan berkesenian yang amat diharapkan dalam Kongres Kebudayaan dan Kongres Kesenian justru gagal. ”Kita mengharapkan muncul gagasan baru dalam content lokal, tapi nyatanya kedua kongres tersebut gagal semua dan tidak punya arti apa-apa terhadap berkesenian,” ujarnya.

Satu hal yang sudah dia kerjakan bersama KRMT Daud, seniman pembatik asal Yogyakarta, adalah seni batik dengan tema mitologi Betawi. Hal itu berarti sebuah karya seni etnis telah lahir dalam pergaulan berkebudayaan dan berkesenian di kota megapolitan Jakarta.

Lalu, persoalan lain yang masih tersisa, benarkah produk kesenian Betawi terpinggirkan alias tersisih di tengah-tengah pergaulan berkesenian yang cenderung mengedepankan selera pasar?

”Betawi tersisih, bisa ya, bisa tidak. Betawi punah, bisa ya, bisa tidak,” kata Amarullah Asbah.

Hal itu berarti, seberapa besar komunitas Betawi sendiri merasa memiliki dan mengaktualisasikannya seiring dengan arus anak zaman.

Sabtu, 10 Mei 2008

ACARA PALANG PINTU

upacara perkawinan adat Betawi. Hal itu sengaja dilakukan untuk memperkenalkan dan mempertahankan tradisi budaya Betawi. Pihak keluarga perempuan telah mempersiapkan diri sebelum keluarga calon pengantin pria meminangnya. Biasanya pihak pria yang membawa sejumlah makanan untuk ungkapan sukacita disambut dengan gembira oleh keluarga calon istrinya. Lewat proses lamaran inilah ditentukan pelaksanaan pesta pernikahan. Pada umumnya, pesta pernikahan dilakukan di rumah mempelai wanita. Upacara pernikahan diawali dengan arak-arakkan calon pengantin pria menuju ke rumah calon istrinya. Dalam arak-arakan itu, selain rombongan mempelai pria ada juga iring-iringan musik, biasanya iringan musik tersebut ada yang memakai rebana ketimpring, tanjidor atau ada juga marawis, yang mana rombongan mempelai pria terdiri dari barisan sejumlah kerabat yang membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian. Selain itu, perlengkapan kamar pengantin yang beratpun ikut menyertai seperti tempat tidur serta lemari juga dibawa dalam prosesi arak-arakkan tersebut. Di dalam rombongan mempelai pria, tidak ketinggalan kedua orang tua calon pengantin pria turut serta. Selain itu ada juru bicara, qori atau pembaca Alquran, dan seorang ustad atau guru agama. Akhirnya rombongan tiba di rumah calon pengantin perempuan. Namun, tidak semudah itu calon pengantin pria dapat menemui pasangannya. Para jagoan calon pengantin pria harus melawan jagoan wanita dan harus mengalahkannya. Para penjaga pintu mempelai wanita kemudian membuka percakapan dengan sejumlah pantun
Selanjutnya, perwakilan mempelai pria membalas pantun tersebut. Setelah itu, seorang wakil pengantin perempuan menantang adu silat salah satu orang dari pihak lelaki. Prosesi tersebut menyimbolkan upaya keras mempelai laki-laki untuk menikah dengan sang pujaan hati. Uniknya, setiap petarungan silat, pihak mempelai wanita pasti dikalahkan oleh jagoan calon pengantin pria karena bila jagoan pengantin atau mempelai pria kalah maka tidak dapat masuk dan menikahi calon istrinya ( mempelai wanita ).selanjutnya adu pantunpun kembali terdengar dengan persyaratan yang kedua yaitu melantunkan lagam atau alunan seperti orang mengaji dan biasanya alunan suara mengaji itu berupa lagam siqeh ( yalil ),maksud dan tujuan dari syarat yang kedua tersebut adalah menunjukkan kepada calon mertua dari pihak wanita bahwa calon manantu pria ( mempelai pria ) dapat membimbing dan mengarahkan istrinya lewat ajaran agama islam. Dalam tradisi masyarakat Betawi, upacara ini disebut buka palang pintu. Acara berlanjut dengan pelaksanaan akad nikah. Kemudian dilanjutkan dengan penjemputan pengantin wanita. Pengantin pria memberikan seserahan dan sirih dare yang di dalamnya berisi uang, gambir, pala, kapur, serta pinang dan membuka cadar pengantin wanita. Barang-barang tersebut melambangkan pahit, getir, dan manisnya kehidupan berumah tangga. Dengan kata lain, suami istri harus bisa menerima suka dan duka dari sebuah perkawinan. Dari gaya pakaian pengantin Betawi, ada dua budaya asing yang melekat dalam prosesi pernikahan. Pengantin pria dipengaruhi budaya Arab. Sedangkan busana pengantin wanita dipengaruhi adat Tionghoa. Demikian pula dengan musik yang meramaikan pesta pernikahan. Berdasar silsilah zaman dahulu, pada dasarnya Betawi didominasi dua budaya tersebut, selain tentunya Portugis dan etnis lainnya seperti Sunda.

Perkawinan Adat Betawi

Perkawinan Adat Betawi

Cinta yang telah terjalin bukan karena keindahan yang tampak dimata, tetapi karena yang menyatukan hati dan jiwa
Dari sepasang insan yang ingin hidup bersama
Menuju gerbang pernikahan 'tuk memelihara kehormatan
Mengharap ridho dan berkah dari yang kuasa

Untaian kalimat indah di atas terdapat dalam salah satu dari selusin kartu undangan yang saya terima mulai dari hari pertama Lebaran (1 Syawal 1428 H) sampai dengan hari Minggu kemarin. Bulan Syawal bagi masyarakat Betawi memang dianggap sebagai bulan yang baik untuk menyelenggarakan pesta perkawinan. Saya jadi teringat sepenggal syair dari salah satu lagu H. Benyawin S. "Ee... hujan gerimis aje, ikan bawal diasinin. Ee...jangan menangis aje, bulan Syawal mau dikawinin".

Dalam upacara adat perkawinan Betawi ada banyak tahapan yang harus dilalui, dan tiap-tiap tahapan berkaitan erat satu sama lain. Tahapan-tahapan yang harus dilalui adalah: melamar, masa pertunangan, menentukan hari perkawinan, mengantar peralatan, menyerahkan uang sembah, seserahan, nikah, ngarak penganten, main nganten-ngantenan, main marah-marahan, menyerahkan uang penegor dan pesta penutup.

Saat ini upacara adat perkawinan Betawi jarang dilaksanakan secara lengkap, pada umumnya hanya beberapa tahapan saja yang dilaksanakan. Tahapan yang jarang dilaksakan pada saat ini adalah main nganten-ngantenan, main marah-marahan, dan menyerahkan uang penegor.

1. Melamar
Sebelum melamar calon isteri, seorang pemuda Betawi biasanya sudah melewati suatu proses yang dikenal dengan istilah stilah ngedelengin; yaitu upaya mencari atau menemukan kesamaan missi dan visi antara seorang lelaki dengan seorang perempuan dalam rangka membina rumah tangga. Selengkapnya baca disini...

Melamar atau ngelamar dalam istilah Betawi adalah tingkatan yang paling awal dari rangkaian upacara. Setalah seorang pemuda menetukan calon istrinya, pihak keluarga pemuda mendatangi keluarga si gadis. Ada pun yang dikirim sebagai utusan biasanya keluarga dekat sebanyak dua sampai tiga orang. Jarang sekali orang tua pemuda melamar sendiri.

Bawaan yang dibawa pada waktu melamar adalah pisang sebanyak dua tiga sisir, roti tawar empat buah, dan dua tiga macam buah. Semua bawaan ditempatkan di piring besar atau nampan. Bawaan biasanya tampak terbuka yang merupakan tanda melamar supaya orang dapat mengetahui bahwa saat itu ada upara melamar pengantin.

2. Masa pertunangan
Setelah lamaran diterima pihak si gadis, pertunangan menjadi tahap berikutnya. Tahapan ini ditandai dengan diadakannya acara mengantar kue-kue dan buah-buahan dari pihak pemuda ke rumah pihak sigadis.

Dalam masa pertunangan bukan berarti si gadis dan si penuda bebas bertemu. Di antara mereka masih terdapat batas-batas hubungan yang berdasarkan pada ajaran agama dan sopan santun. Mereka tidak boleh bepergian tanpa ada yang ikut menyertai dari pihak keluarga di gadis.

3. Menentukan hari perkawinan
Untuk menentukan hari perkawinan dicari hari dan bulan yang baik serta saat-saat dimana segenap keluarga ada dalam keadaan selamat, sehat wal afiat. Pihak laki-laki mengirim utusan ke rumah keluarga si gadis dengan membawa buah tangan berupa buah-buahan dan kue kue sekedarnya.

Dalam pembicaraan, selain menentukan hari pernikahan juga diutarakan apa yang diminta keluarga si gadis sebagai persyaratan. Seperti jumlah mas kawin, peralatan yang dibawa, dan jumlah uang belanja.

Setelah hari perkawinan ditentukan, beberapa hari sebelumnya pihak pemuda mengantar peralatan yang telah ditentukan. .... untuk lebih lengkapnya coba baca tentang pernikahan